Film Pamali yang diadaptasi dari game berjudul sama, Pamali, buatan StoryTale Studio pada tahun 2018 sedang ramai diperbincangkan di tengah kalangan film enthusiast. Dengan tagline “Melanggar Adat, Mengundang Petaka”, Film Pamali baru-baru ini meluncurkan trailer dan perbandingan antara atmosfer di game versus film dengan durasi masing-masing kurang dari satu menit.
“Di luar negeri sudah banyak sekali production house yang mengolaborasikan industri game dan film. Misalnya Resident Evil, Ghost Shell, Tomb Rider, dan banyak lainnya. Di Indonesia belum banyak yang melakukannya padahal banyak sekali game-game buatan Indonesia yang punya cerita menarik dan sangat kaya dengan unsur budaya lokal.” ujar Andi Suryanto selaku Produser film Pamali dan CEO dari LYTO Pictures.
Lanjutnya, “Film Pamali ini mengangkat unsur budaya dan kepercayaan masyarakat. Terutama mengenai pantangan dan larangan yang dianggap membawa keburukan dan bahaya bagi yang melakukannya. Kami melihat bahwa Pamali ini merupakan kesempatan untuk melestarikan kembali nilai tradisi lokal Indonesia melalui media film.”
Berdasarkan survei pengguna Google, sebanyak 96% orang menyukai game Pamali: Indonesian Folklore Horror. Dengan tingginya rating tersebut, tak heran bila film enthusiast memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap film Pamali.
“Menghidupkan kembali nilai tradisi lokal Indonesia melalui media modern seperti game dan film adalah hal yang menarik bagi saya, terutama jika targetnya adalah kaum muda. Game Pamali yang keluar tahun 2018 lalu sudah dikenal bahkan hingga ke luar negeri. Bagi saya, ini menjadi kesempatan sekaligus tantangan untuk membuat sebuah karya yang bermanfaat melestarikan tradisi, sekaligus populer dan disukai banyak penonton, khususnya dari mereka yang sudah punya ekspektasi terhadap film Pamali.” ujar Sutradara Bobby Prasetyo yang pernah mendapatkan nominasi sebagai sutradara muda di Piala Maya 2019.
Berikut mungkin beberapa hal menarik yang sudah kalian notice atau malah kelewat dari trailer dan perbandingan antara game dengan film Pamali. Siapa tahu, kalian juga pernah melihatnya di sekitar kalian:
- Ayunan
Baik di game maupun di trailer, tampilan ayunan di pohon pada halaman belakang seolah mengundang pertanyaan apa yang terjadi di rumah lama keluarga Jaka.
- Ibu hamil yang menggunting kuku saat malam hari
Sudah menjadi kepercayaan turun temurun di Indonesia kalau menggunting kuku di malam hari karena dapat memperpendek usia atau membuat hubungan dengan orang tua jadi tidak baik. Lebih-lebih dipercaya bila ibu hamil menggunting kuku di malam hari, bayi dalam kandungan bisa lahir cacat.
- Foto perempuan di ujung lorong
Foto sosok perempuan cantik berkebaya hijau muncul di game maupun di film. Sebenarnya siapakah perempuan itu? Apakah sosok tersebut sedang memperingati Jaka dan istrinya, Rika? Atau malah membahayakan keduanya?
- Nomor rumah
Di kepercayaan berbagai negara Asia Timur seperti China, Korea, Jepang, dan Taiwan, angka 4 ketika diucapkan memiliki pelafalan yang sama dengan kata ‘mati’. Oleh karena itu angka 4 dipercaya sebagai angka sial. Tapi, sama seperti di game, di film rumah Jaka dan Rika juga nomor 4. Jelas sekali developer game dan pembuat film mau menegaskan ada sesuatu yang terjadi di rumah tersebut.
- Sosok perempuan yang menggunting rambutnya
Katanya kalau potong rambut bisa buang sial. Namun sama dengan kepercayaan jika perempuan hamil menggunting kuku ada hamil, potong rambut bisa bikin bayi yang lahir menjadi cacat.
- Konflik keluarga
Seperti yang sudah disebutkan, menggunting kuku di malam hari dipercaya dapat merusak hubungan dengan orang tua. Apa benar konflik antara tokoh Nenden dengan ayahnya, Dadang, mulanya dari gunting kuku? Bagaimana dengan Lilis yang melihat anaknya diseret dan dikurung oleh sang suami?
Itu dia beberapa hal menarik di trailer dan perbandingan game vs film Pamali yang sudah dirilis oleh Lyto Picture.
Film yang dibintangi oleh Marthino Lio, Putri Ayunda, Taksya Namya, Unique Priscilla, dan Rukman Rosadi yang rencananya akan tayang di bioskop Indonesia pada 6 Oktober 2022.