Tips Sehingga Gula Darah Terkontrol Bagi Diabetesi Selama Berpuasa di Bulan Ramadan

Futureloka

Loading

Puasa di bulan Ramadan adalah ibadah yang dijalankan oleh seluruh umat muslim di dunia dengan menahan rasa lapar dan dahaga dari fajar hingga matahari terbenam selama satu bulan atau 30 hari. Meskipun hal ini dipraktikkan oleh jutaan orang di seluruh dunia, beberapa kondisi kesehatan seperti diabetes dapat membuat praktik ini lebih menantang.

Dewi Astrid Lestari, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Siloam Bekasi Timur, dalam webinar bersama dengan mGanik yang bertajuk “Puasa Lancar, Gula Darah Aman”, menjelaskan bahwa diabetesi dapat berpuasa. “Diabetesi yang berpuasa baik DM tipe 1 dan DM tipe 2 boleh berpuasa. Risiko nya apa, hiperglikemia dan hipoglikemia. Tapi yang lebih sering adalah hipoglikemia”, jelas dr. Dewi.

Dewi menjelaskan dalam sebuah penelitian prospektif dari BMJ Global Health di tahun 2016, banyak pasien diabetes ketika berpuasa secara teratur berisiko tinggi mengalami kejadian glikemik yang merugikan. Dari total 150 orang, sebanyak 10% mengalami hipoglikemia dan 3,3% sisanya adalah hiperglikemia. Sebanyak 8,7% berhenti berpuasa tanpa melakukan rawat inap. Selain itu, konsultasi ke dokter oleh pasien diabetes sebelum mulai berpuasa secara teratur sangat berkurang dan tercatat risiko relatif hipoglikemia adalah 0,73%.

Dewi memaparkan bahwa, walaupun berpuasa menimbulkan risiko bagi diabetesi, perlu adanya kiat yang harus kita terapkan. Karena, kebanyakan penderita diabetes tidak berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa untuk menyesuaikan pengobatan dan gaya hidup mereka. Bersamaan dengan hal tersebut, berbagai strategi harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai kesadaran dan edukasi bagi pasien untuk menghindari kejadian glikemik yang merugikan serta kemungkinan terjadinya komplikasi.

Untuk mencegah terjadinya risiko bagi diabetesi saat menjalankan puasa, dr. Dewi menjelaskan bahwa pengecekan gula darah sangatlah penting. “Pemeriksaan kadar gula darah, tekanan darah, kadar lemak, dan menentukan risiko yang terjadi jika berpuasa pada 1-2 bulan sebelum berpuasa”, ujar nya.

Selama berpuasa, diabetesi perlu untuk melakukan pemantauan gula darah secara teratur pada pertengahan hari serta menjelang berbuka puasa dan jika badan terasa tidak sehat, jangan berpuasa. Selain itu, selama menjalankan ibadah puasa penyesuaian dosis dan jadwal insulin atau obat oral oleh dokter harus tetap dilakukan serta menghindari makanan atau minuman manis secara berlebihan seperti karbohidrat kompleks saat sahur dan karbohidrat simpel saat berbuka.

Michael Candiago, CEO & Founder mGanik, mengutarakan bahwa, meskipun puasa cukup berisiko bagi diabetesi, tidak perlu khawatir ketika melakukan nya. “Pastikan untuk menjaga pola makan dengan baik dan teratur, konsumsi serat dan vitamin dari sayur dan buah-buahan sewaktu sahur dan berbuka, tambahkan supplement serat sebagai booster. Hal ini membantu membuat diabetesi menjadi kenyang lebih lama, tanpa ragu gula darah melonjak tinggi”, jelas Michael.

Selain mengatur pola makan sehat ketika berpuasa, dr. Dewi memaparkan bahwa hindari aktivitas berlebihan menjelang berbuka puasa. Namun, diabetesi dapat melakukan olahraga ringan dan sedang di pagi hari dan atau setelah berbuka puasa untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Seperti strecthing dan berjalan ringan. Sedangkan untuk olahraga sedang adalah seperti berjalan dan mengikuti kelas aerobic.

Terakhir, dr. Dewi menambahkan, jika gula darah kurang dari 70 mg/dL, beliau menganjurkan untuk tidak atau berhenti berpuasa. Pertimbangkan membatalkan puasa jika gula darah kurang dari 80 mg/dL atau meningkat sampai lebih dari 300 mg/dL.